Oleh : Dr. Fahmi Rasid
MERDEKAAA…
Perjuanganku Lebih Mudah Karena Mengusir Penjajah, Tetapi Perjuangan-Mu Akan
Lebih Sulit Karena Melawan Bangsa-Mu Sendiri.” BUNG KARNO
Langit Jambi di pagi hari 17 Agustus 2025 terasa berbeda. Embun yang masih bertahan di pucuk daun seperti menyimpan rahasia 80 tahun perjalanan bangsa ini. Angin yang berhembus lembut seakan membawa pesan dari masa lalu, dari para pejuang yang mengorbankan darah dan nyawa demi melihat Sang Merah Putih berkibar bebas. Setiap helaian kain bendera itu seolah bergetar, bukan karena tiupan angin semata, tetapi karena denyut semangat kemerdekaan yang tak pernah padam.
Di berbagai sudut kota dan desa, warna merah dan putih mendominasi pandangan mata. Jalan-jalan dipenuhi umbul-umbul, gapura dihiasi bunga kertas dan lampu hias, dan di setiap rumah, bendera berkibar dengan bangga. Di Muaro Jambi, ajakan bupati untuk mengibarkan Merah Putih sepanjang bulan Agustus disambut hangat oleh masyarakat. Tidak hanya di kantor pemerintah atau sekolah, tetapi juga di warung kecil pinggir jalan, di perahu nelayan yang bersandar, hingga di ladang-ladang yang sedang hijau oleh padi muda. Semua menyatu dalam satu pesan yang sama: kami adalah Indonesia, dan kami bangga akan itu.
Pagi itu, di lapangan upacara, dentang suara genderang dan tiupan sangkakala mengiringi langkah pasukan pengibar bendera. Para pelajar berdiri tegak dengan wajah serius, para orang tua memandang dengan mata yang berkaca-kaca, dan para veteran perang yang rambutnya telah memutih dan jalannya tertatih memberi hormat dengan tangan gemetar, namun penuh wibawa. Di mata mereka, kemerdekaan bukan sekadar cerita di buku sejarah, tetapi sebuah kenyataan yang dulu diperjuangkan dengan keringat, air mata, dan darah.
Perayaan kemerdekaan di Jambi tahun ini tidak hanya berhenti di upacara. Sejak awal Agustus, berbagai kegiatan telah digelar untuk memupuk rasa kebersamaan dan mempererat persaudaraan. Di Balai Penerapan Modernisasi Pertanian, misalnya, suasana riuh rendah lomba olahraga dan kreativitas memenuhi udara. Ada yang tertawa lepas saat bermain voli, ada yang serius mengatur strategi dalam permainan tenis meja, dan ada pula yang dengan penuh semangat mempresentasikan inovasi mereka. Semua kegiatan ini, meski terlihat sederhana, memancarkan pesan mendalam : kemerdekaan adalah tentang bekerja sama, saling mendukung, dan terus mencari cara untuk maju.
Di tengah hiruk pikuk lomba dan pesta rakyat, Jambi juga menatap masa depan dengan serius. Tahun ini, visi besar pembangunan daerah lima tahun ke depan telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah. Visi itu terdengar lantang : menjadikan Jambi mantap, berdaya saing, dan berkelanjutan di bawah ridho Allah Yang Maha Kuasa. Ini bukan sekadar kalimat indah yang tertulis di dokumen resmi, tetapi sebuah janji yang harus diwujudkan dalam setiap kebijakan, setiap program, dan setiap langkah pembangunan.
Semangat kemerdekaan yang kita rayakan saat ini berpadu dengan tekad membangun daerah melalui tiga pilar utama. Pertama, membentuk tata kelola pemerintahan yang bersih, efisien, dan transparan. Seperti halnya lomba yang menjunjung sportivitas, pemerintahan pun harus berjalan dengan integritas, tanpa tipu daya, dan dengan tujuan yang jelas : melayani rakyat. Kedua, memperkuat daya saing daerah. Jambi memiliki potensi yang luar biasa dari sumber daya alam, budaya, hingga sumber daya manusia. Semua ini perlu dikelola dengan bijak, sehingga Jambi tidak hanya menjadi penonton, tetapi pemain utama dalam panggung pembangunan nasional. Ketiga, membangun keberlanjutan. Kemerdekaan yang sejati bukan hanya untuk hari ini, tetapi juga untuk generasi mendatang. Itu berarti menjaga lingkungan, memastikan pendidikan yang layak, dan membangun sistem kesehatan yang tangguh.
Perayaan kemerdekaan di Jambi tahun ini juga menjadi momentum untuk menghidupkan kembali semangat GERMAS, Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. Dalam setiap langkah karnaval, dalam setiap lomba lari, dan bahkan dalam setiap tarian tradisional yang ditampilkan, ada pesan bahwa rakyat yang sehat adalah modal utama kemajuan. Tubuh yang kuat, pikiran yang segar, dan jiwa yang bahagia adalah wujud kemerdekaan yang tidak ternilai.
Provinsi Jambi juga menyadari bahwa kemerdekaan tidak akan bermakna tanpa keadilan sosial. Karena itu, program penguatan pendidikan menjadi prioritas. Anak-anak dari pelosok desa harus punya kesempatan yang sama untuk mengenyam pendidikan berkualitas seperti anak-anak di kota. Demikian pula di bidang kesehatan, fasilitas dan tenaga medis harus hadir di setiap sudut provinsi, sehingga tidak ada lagi warga yang terpinggirkan dari hak dasar mereka.
Dalam visi jangka panjang, Jambi menempatkan isu lingkungan sebagai bagian dari kemerdekaan. Menurunkan emisi, mengembangkan ekonomi hijau, dan menjaga kelestarian hutan bukan hanya agenda pembangunan, tetapi juga bentuk rasa syukur atas anugerah alam yang diberikan Tuhan. Perayaan kemerdekaan yang ramah lingkungan, seperti penggunaan bahan daur ulang untuk dekorasi atau kendaraan bebas emisi untuk karnaval, menjadi simbol bahwa cinta tanah air juga berarti menjaga bumi.
Malam menjelang tujuh belas Agustus selalu memiliki suasana yang berbeda. Di kota, jalanan dipenuhi oleh anak-anak yang membawa obor, tertawa sambil berlari bersama teman-temannya. Di desa, warga berkumpul di balai, menonton layar tancap yang memutar film perjuangan. Ada rasa haru yang sulit digambarkan ketika melihat bagaimana kemerdekaan telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, dari yang paling sederhana hingga yang paling meriah. Namun di balik semua keriuhan itu, ada pertanyaan yang perlu kita renungkan : apakah kita benar-benar sudah merdeka dalam arti yang sesungguhnya..? Merdeka bukan hanya bebas dari penjajahan fisik, tetapi juga bebas dari kemiskinan, kebodohan, dan ketidakadilan. Kemerdekaan adalah ketika setiap warga merasa aman, ketika setiap anak punya masa depan, dan ketika setiap orang punya kesempatan yang sama untuk hidup layak.
Lalu kemudian adanya agenda prioritas yaitu Pawai Pembangunan yang akan digelar pada 18 Agustus merupakan rangkaian perayaan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia di Provinsi Jambi. Kegiatan ini menjadi ajang unjuk karya dan prestasi pembangunan daerah, di mana berbagai instansi pemerintah, BUMN, BUMD, pelaku usaha, komunitas, hingga masyarakat umum akan menampilkan kreativitas, hasil inovasi, dan kemajuan di sektor masing-masing. Pawai ini tidak hanya menonjolkan kemeriahan, tetapi juga menjadi sarana edukasi publik tentang capaian pembangunan yang telah dilakukan, mulai dari infrastruktur, pendidikan, kesehatan, pertanian, hingga pelestarian budaya dan lingkungan. Dengan menampilkan kekayaan seni, busana tradisional, alat kerja modern, hingga kendaraan hias bertema pembangunan, pawai ini diharapkan mampu membangkitkan kebanggaan masyarakat terhadap kemajuan Provinsi Jambi sekaligus menumbuhkan semangat untuk terus berpartisipasi dalam pembangunan yang berkelanjutan.
RPJMD Jambi 2025–2029 menjadi panduan agar pertanyaan itu bisa dijawab dengan tindakan nyata. Program-program yang disusun bukan sekadar daftar kegiatan, tetapi jalan menuju cita-cita besar : mewujudkan masyarakat yang sejahtera, cerdas, sehat, dan berdaya. Dari reformasi birokrasi yang memastikan pelayanan publik tanpa pungli, hingga pengembangan kawasan strategis yang membuka lapangan kerja baru; dari peningkatan produktivitas pertanian untuk kedaulatan pangan, hingga inovasi digital yang memudahkan hidup rakyat.
Semua itu, jika dijalankan dengan komitmen dan partisipasi masyarakat, akan menjadi wujud kemerdekaan yang sejati. Seperti bendera yang berkibar gagah karena ditopang tiang yang kokoh, pembangunan Jambi akan berdiri tegak jika ditopang oleh sinergi antara pemerintah, swasta, dan rakyat. Tidak ada yang terlalu kecil untuk berkontribusi, bahkan senyum ramah kepada tetangga atau menjaga kebersihan lingkungan adalah bagian dari perjuangan. Ketika malam kemerdekaan tiba dan kembang api menghiasi langit, kita bisa menutup mata sejenak, meresapi semua suara, warna, dan rasa yang hadir. Kita bisa mengingat wajah para pejuang, mendengar kembali gema Proklamasi, dan merasakan denyut kehidupan di sekitar kita. Kita bisa berkata pada diri sendiri bahwa kemerdekaan ini adalah titipan, yang harus kita jaga dengan kerja keras, kesabaran, dan cinta. Esok hari, setelah pesta usai, perjuangan harus berlanjut. Jalan menuju Jambi yang mantap, berdaya saing, dan berkelanjutan masih panjang. Tapi jika kita melangkah bersama, dengan semangat yang sama seperti yang menyala 80 tahun lalu, maka tidak ada yang mustahil. Kemerdekaan bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan awal dari babak baru, babak di mana kita semua menjadi penulis sejarah, pelukis masa depan, dan penjaga mimpi.
Maka, marilah kita memaknai kemerdekaan ini bukan hanya sebagai warisan, tetapi sebagai amanah. Sebuah janji kepada para pendahulu bahwa kita akan menjaga dan mengisinya dengan kebaikan. Sebuah janji kepada anak cucu bahwa mereka akan mewarisi negeri yang lebih indah, lebih adil, dan lebih sejahtera daripada yang kita terima hari ini. Dan sebuah janji kepada diri sendiri bahwa kita tidak akan pernah lelah mencintai Indonesia, mencintai Jambi, dan mencintai kehidupan ini.
Penutup ;
Kemerdekaan adalah harga yang tak ternilai, tetapi sekaligus amanah yang tak pernah selesai dijalankan. 80 tahun sudah kita menjaga obor ini, namun cahaya itu hanya akan tetap menyala jika kita terus meniupkan napas perjuangan. Bung Karno pernah berkata dengan suara yang menggetarkan bangsa, “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tetapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” Kalimat ini adalah pengingat bahwa tantangan kita hari ini tidak lagi berupa senjata dan perang fisik, melainkan godaan untuk menyerah pada korupsi, kemalasan, perpecahan, dan sikap acuh terhadap masalah bersama.
Bung Hatta menegaskan, “Kemerdekaan hanyalah jembatan emas, di seberangnya terbentang taman-taman kehidupan yang harus kita isi dengan kerja keras.” RPJMD Jambi 2025–2029 adalah peta menuju taman itu taman yang diisi oleh pendidikan berkualitas, kesehatan merata, lapangan kerja yang luas, dan lingkungan yang lestari. Tetapi peta itu tidak akan berguna jika kita enggan berjalan, jika kita memilih diam di tempat dan hanya menjadi penonton sejarah.
Kita juga diingatkan oleh BJ Habibie, “Jangan sekali-kali meninggalkan idealisme, meskipun itu berarti kamu harus berjalan sendirian.” Idealisme-lah yang membuat Jambi terus melangkah di jalan reformasi birokrasi, ekonomi hijau, dan penguatan SDM meski jalan itu panjang dan penuh liku. Karena idealisme adalah api yang membuat setiap langkah kita memiliki arah dan makna.
Di langit Jambi, bendera merah putih berkibar tak kenal lelah. Ia tidak pernah bertanya siapa yang memandangnya, siapa yang menjaganya, atau siapa yang merobeknya. Ia hanya berkibar, membawa harapan dan janji. Kemerdekaan pun demikian—ia hadir untuk semua, tanpa membedakan suku, agama, atau latar belakang. Tugas kita adalah menjaganya, mengisinya, dan mewariskannya dalam keadaan lebih baik.
Ketika gema lagu “Indonesia Raya” berkumandang, mari kita nyanyikan bukan hanya dengan suara, tetapi dengan hati. Biarlah setiap kata menjadi janji. Janji untuk membangun tanpa lelah, janji untuk menjaga persatuan tanpa syarat, dan janji untuk mewariskan negeri ini kepada generasi mendatang dengan penuh kebanggaan. Karena seperti kata Chairil Anwar, “Sekali berarti, sudah itu mati.” Hidup kita hanya akan berarti jika kita memberi makna bagi kemerdekaan ini.
Dan di penghujung perayaan ini, ketika kembang api terakhir padam dan malam kembali tenang, semoga kita terbangun esok pagi dengan hati yang sama seperti pagi 17 Agustus : hati yang penuh semangat, kepala yang penuh rencana, dan tangan yang siap bekerja. Inilah cara kita menghormati 80 tahun kemerdekaan, inilah cara kita membangun JAMBI MANTAP, BERDAYA SAING, DAN BERKELANJUTAN, UNTUK INDONESIA YANG KITA CINTAI, SELAMANYA MERDEKA. MERDEKAAAAA.(*)