Oleh: Thamrin B. Bachri
Dengan pendidikan dan latihan kita sampai pada suatu pokok pembicaraan yang sudah terlalu sering diabaikan, hal yang diabaikan tersebut tanpa disadari sangat penting bagi perkembangan pariwisata.
Dalam tulisan yang sederhana ini, kami tidak membatasi diri pada uraian mengenai masalah yang berhubungan dengan pendidikan
dan latihan bagi mereka yang akan bekerja di bidang usaha pariwisata, tetapi dalam uraian yang berupa komentar ini akan kami singgung juga manfaat serta keuntungan yang terbawa oleh sektor pariwisata.
Wisatawan adalah orang yang berada di luar lingkungannya sendiri, mereka merasa kurang yakin dan agak takut terhadap sesuatu yang tidak dikenalnya.
Menghadapi situasi semacam ini mereka dapat memberikan reaksi sebagaimana dilakukan oleh semua orang yaitu: menghindar, menarik diri dalam kepasifan, atau sama sekali menentang.
Dengan meningkatnya sarana yang serba modern seperti sistem transportasi yang serba cepat, fasilitas hotel yang baik, dan sarana lain yang dapat menunjang kemudahan, wisatawan mampu menyesuaikan diri dengan baik dan cepat, tetapi respon psikologi yang terpendam hendaknya jangan diabaikan.
Tercapainya perasaan tenang dan yakin, sangat banyak dipengaruhi oleh sambutan yang diterima pada kontak pertamanya dengan masyarakat setempat.
Karena itu perlu dipahami kondisi fisik dan psikologi yang berpengaruh terhadap wisatawan terutama ketika baru tiba, biasanya merasa lelah dan cemas. Hal semacam ini berpengaruh terhadap baik buruknya kesan pertama seseorang.
Petugas Pabean yang kasar, diikuti dengan seorang supir taksi yang menjengkelkan, ditambah lagi dengan penerimaan di sebuah hotel yang secara kebetulan saja kurang menyenangkan, dapat mengakibatkan wisatawan menjadi bingung dan kesal, sehingga akhirnya betul-betul timbul rasa penyesalan.
Negara yang menjadi tuan rumah harus melakukan segala sesuatu demi memudahkan wisatawan pada kontak pertamanya dengan masyarakat, agar dapat menimbulkan kesan pertama yang baik.
Senyuman dan sambutan yang ramah ketika tiba di lapangan udara, pelayanan informasi yang menyenangkan, sopan, dan terorganisir, serta kelancaran dalam pengurusan proses Imigrasi dan Pabean, ditambah sambutan petugas polisi dan pabean dengan ucapan kata-kata “Selamat Datang, Kami sangat senang dengan kehadiran Anda di antara kami” yang dilontarkan tanpa sedikitpun mengurangi rasa
hormat dan rendah diri para petugas, maka pelayanan-pelayanan dengan cara demikian dapat menanamkan rasa puas dan tanggapan positif dari wisatawan.
Tentu masih banyak hal lain yang dapat diusahakan untuk dapat memberikan kepuasan yang lebih baik. Berbeda dengan kegiatan di dalam pabrik, pengawasan kualitas untuk bahanbahan buatan pabrik hampir keseluruhannya dapat diserahkan kepada mesin-mesin
yang dapat bekerja sendiri (otomatis), sedangkan untuk kebanyakan produk wisata tidaklah mungkin.
Seseorang tidaklah mungkin bergegas keliling mengawasi hubungan antara tuan rumah dan pendatang. Kerena itu program-program pendidikan yang terus menerus melalui pemerintah / swasta dan media massa menjadi sangat penting.
Sikap dari masyarakat tuan rumah dapat dipengaruhi. Satu hal yang penting sekali ialah agar mereka mempunyai pengertian tentang pariwisata; penting sekali bahwa mereka dapat memahami bertambahnya kekayaan dalam nilai kehidupan yang diperoleh melalui kontak dengan masyarakat luar; di segi lain penting pula bahwa mereka dapat terus membantu untuk merintangi segi-segi negatif terhadap kontak tersebut.
Tentunya cara yang paling baik dalam usaha mengatasi adanya kesenjangan antara masyarakat tuan rumah dan pendatang, bukanlah dengan membawa para pendatang itu ke semacam perkampungan miskin di dalam kota atau menjauhkan dari masyarakat setempat, karena takut menularnya tingkah laku dan kebiasan para pendatang membahayakan masyarakat setempat.
Sebagai contoh: suatu hal yang sangat membantu masyarakat setempat ialah dengan memberi mereka penerangan tentang manfaat sosial penanaman modal dibidang pariwisata bagi mereka. Karena manfaat sosial dari jenis penanaman modal yang demikian mungkin saja nantinya akan dapat membiayai pembangunan sekolah baru atau fasilitas-fasilitas masyarakat lainnya.
Bila penduduk setempat memandang pendatang hanya sebagai parasit untuk ditipu atau sebagai orang yang kepergiannya dinanti-nantikan dengan tidak sabar, atau dalam kasus yang luar biasa, sebagai iblis yang kehadirannya dirasakan sama sekali tidak perlu, maka hal ini sama sekali tidak akan membantu pengembangan pariwisata. Tentunya banyak yang dapat diperbuat.
Sehubungan dengan pengaruh yang merusak akibat penampilan kemewahan para wisatawan di tengah-tengah kemiskinan setempat, Bank Dunia mengemukakan pesannya yaitu “Dengan ramalan (forcasting) dan perencanaan (planning) yang cukup matang, maka kerusakan-kerusakan yang demikian itu dapat dihindarkan dan keuntungan-keuntungan dari kepariwisataan dapat ditingkatkan lebih jauh lagi”. (International Journalism of Tourism management, C.D.G. Collection, 1979).
Perkembangan pariwisata di negara-negara lain telah meluas dengan cepatnya, di lain pihak ketergantungan pada orang-orang asing untuk mengurus hotelhotel dalam beberapa tahun mendatang secara perlahan-lahan akan lenyap.
Hal ini bisa diterima dengan akal sehat dan menuntut prioritas utama dari segala sudut pandang, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun politik. Kebutuhan pendidikan dan latihan bagi yang bekerja di sektor pariwisata, hendaknya seimbang dengan baik.
Yang kita perlukan bukanlah sekedar lulusanlulusan manajemen terbaik, tetapi juga manajemen kelas menengah dengan diplomadiploma yang telah disediakan di pusat-pusat latihan pariwisata.
Kita juga memerlukan para pegawai pembantu, misalnya juru masak, kepala pelayan, pengurus rumah tangga yang telah mengikuti kursus-kursus pendek yang menitik beratkan kepada segi-segi manajemen dasar dari pekerjaan ini.
Kemudian, tentunya kita memerlukan jumlah staf operasional, kursus-kursus dasar kejuruan untuk waiters, para juru masak,
pelayan-pelayan kedai minuman (barmen), pembersih kamar (chambermaids) dan sebagainya.
Hal yang penting diperhitungkan bahwa pendidikan dan latihan hendaknya berada dalam keseimbangan yang tepat dalam konsep dan tujuannya dengan kebutuhan total industri ini, bila sampai terlalu banyak juru masak sedangkan tenaga manajer masih kurang atau pun sebaliknya, maka kondisi ini jelas tidak menguntungkan.
Walaupun keterangan di atas ditujukan kepada hotel-hotel, hal ini berlaku pula bagi ruang lingkup usaha perjalanan atau lebih luas lagi menyangkut pegawaipegawai perusahaan penerbangan, biro-biro perjalanan umum, para pegawai pariwisata pemerintah, dan lain sebagainya.
Hal yang patut juga mendapat perhatian, bahwa pendidikan dan latihan bukanlah suatu usaha yang sekaligus dapat dilaksanakan hingga selesai, pendidikan dan latihan merupakan suatu proses yang kontinyu yang kian lama kian menguatkan
pengalaman-pengalaman melalui suatu rangkaian kursus-kursus pendek, seminar-seminar, ceramah-ceramah, dan sebagainya yang direncanakan terlebih dahulu.
Sebagai contoh mengapa para supir yang terus-menerus berhubungan dengan para wisatawan tidak diundang untuk menghadiri serangkaian pembicaraan-pembicaraan mengenai pariwisata dan pentingnya pariwisata.
Judul-judul yang antara lain dapat dibicarakan adalah yang berhubungan dengan tingkah laku para wisatawan dan latar belakang serta sejarah negaranya, dan juga melatih para supir dapat untuk berbahasa asing.
Dalam semua kegiatan pendidikan dan latihan baik pada tingkatan apa pun atau berapa lama pun, terdapat kesempatan untuk membangun suatu sikap yang positif dan pengertian terhadap pariwisata, yang membantu perkembangan sektor pariwisata dimasa yang mendatang.
Kita sebaiknya dapat melihat, membandngkan serta mempelajari keberhasilan negara-negara yang telah berpengalaman di bidang pariwisata untuk dapat mengetahui jenis pendidikan dan latihan yang nantinya dapat disumbangkan bagi kemajuan sektor pariwisata ini.
Bagaimana pun juga, dalam mendirikan pusat-pusat pendidikan dan latihan yang perlu dipelajari terlebih dahulu apa yang benar-benar
diperluka bagi profesi-profesi tertentu.
Sektor yang bersangkutan sama sekali tidak akan merasakan manfaatnya jika mereka yang sedang dididik pada akhirnya terpaksa mencari pekerjaan di luar negeri, atau sama sekali tidak mendapat pekerjaan.
“The Great Aim of Education and Training is not Knowledge but Action”(*)
Penulis adalah
• Alumnus Dept Hospitality & Tourism University of Wisconsin, USA
• Direktur Jenderal Pemasaran Pariwisata Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI
Periode 2002-2009
• Tenaga Ahli Gubernur Jambi