Belajar dari Ibnu Taimiyah, “Sang Pemaaf” yang Keluar Masuk dan Meninggal di Penjara

JAMBILIFE.COM – Ahmabd bin Abdul Halim atau yang dikenal dengan Syaikul Islam Ibnu Taimiyah merupakan guru dari ulama sekaligus penulis buku Islami, Ibnu Qayyim Al Jauziyyah. Sama seperti anak didiknya, Ibnu Taimiyah melahirkan banyak karya lewat buku karangannya.

Berikut sekilas tentang kehidupan Ibnu Taimiyah, yang dirangkum dari berbagai sumber. Ibnu Taimiyah besar sebagai seorang ulama dan filsuf, Ibnu Taimiyah lahir pada 661 H di kota Harran, Turki. Namun pada 667 H, beliau bersama keluarga harus pindah ke Damaskus lantaran adanya instabilitas di kota kelahirannya.

Ketugahannya terhadap syariat Islam, membuat Ibnu Taimiyah kerap dijuluki sebagai pemikir dan tokoh politik yang kontroversial. Beliau kerap memiliki pandangan yang berlawanan dengan para penguasa saat itu.

Hal itu pula yang membuat penulis paling berpengaruh ini, sering keluar-masuk penjara.

Baca Juga :  Pemkot Jambi Anggarkan Rp1,8 Miliar Untuk Lift Kantor Kejari Jambi

Hampir seumur hidupnya Ibnu Taimiyah menjalani dengan keluar masuk penjara, semua itu karena fitnah dari musuh musuhnya.

Akan tetapi, Ibnu Taimiyah tetap tabah dan sabar, bahkan beliau tidak marah dan memaafkan orang yang mendzoliminya.

Ibnu Taimiyah meninggal di penjara Qal’ah  Dimasyq pada 728 H disaksikan oleh salah seorang muridnya Ibnul Qayyim, ketika dia sedang membaca Al-Qur’an surah Al-Qamar yang berbunyi “Innal Muttaqina fi jannatin wanaharin”. Ia berada di penjara ini selama dua tahun tiga bulan dan beberapa hari, mengalami sakit dua puluh hari lebih

Ada suatu ibadah yang sangat bernilai di sisi Allah, tapi sedikit wujudnya di tengah-tengah manusia dialah memiliki ‘hati yang mudah memaafkan’.

Syikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata :

“Jadikan hatimu seperti kaca jangan seperti busa, kaca ketika kotor dia mudah di bersihkan. akan tetapi, busa dia menyerap kotoran dan membekas,” sangat indah ungkapan ini.

Baca Juga :  Apakah Benar Ada Keistimewaan Seseorang Meninggal di Hari Jumat

Itulah cerminan hati yang mudah memaafkan alangkah tenangnya hati manusia jika memiliki hati yang bersih.

Ya Allah, jangan halangi kami untuk memiliki yang bening, karena hati yang jernih adalah penyebab kami masuk surga.

Suatu malam, Imam Al Hasan Al Basri berdo’a, “Ya Allah, maafkanlah siapa saja yang menzalimiku,” dan Al Imam terus memperbanyak do’a tersebut.

Maka ada seseorang yang bertanya kepadanya, “Wahai Abu Sai’d (Al Hasan Al Bashri), sungguh malam ini aku mendengar engkau berdoa untuk kebaikan orang yang menzalimimu, sehingga aku berangan-angan, andai saja aku termasuk orang yang menzalimimu, maka apakah yang membuatmu melakukannya?”.

Beliau menjawab: “Firman Allah:

ﻓَﻤَﻦْ ﻋَﻔَﺎ ﻭَﺃَﺻْﻠَﺢَ ﻓَﺄَﺟْﺮُﻩُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪ

“Barangsiapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya kembali kepada Allah.” (QS. Asy-Syuuro: 40)

Baca Juga :  Warganet Soroti Banyak Jalan Berlobang dan Rusak dalam Kota Jambi

(lihat kisah ini pada kitab Syarah Shahih Bukhori, karya Ibnu Baththol, 6/575-576).

Sungguh, itulah hati yang dijadikan shalih dan dibina oleh para pendidik dan para guru dengan berlandaskan Al-Qur’an dan as-Sunnah. Maka, selamat atas surga yang didapatkan oleh mereka.

Janganlah engkau bersedih meratapi kebaikanmu. Sebab jika di dunia ini tidak ada yang menghargainya, yakinlah bahwa di langit ada yang memberkahinya.

Hidup kita ini bagai bunga mawar. Padanya terdapat keindahan yang membuat kita bahagia, namun padanya juga terdapat duri yang menyakiti kita.

Apapun yang ditakdirkan menjadi milikmu akan mendatangimu walaupun engkau lemah!

Sebaliknya apapun yang tidak ditakdirkan menjadi milikmu, engkau tidak akan dapat meraihnya, bagaimanapun kekuatanmu!

Segala puji bagi Allah atas segala nikmat, karunia, dan kebaikan-Nya.(*)